"Volodymyr, bisakah Anda menghantam Moskow? ... Bisakah Anda menghantam St. Petersburg juga?" Demikian dugaan bunyi pertanyaan Trump dalam sebuah panggilan telepon pada 4 Juli, menurut dua narasumber yang dikutip oleh Financial Times. Menurut laporan, Zelensky menjawab, "Tentu saja. Kami bisa jika Anda memberi kami senjata."
Trump membantah dugaan tersebut. Namun, hal ini menandai kembalinya Trump ke pola lama dalam kebijakan luar negerinya.
Setelah pelantikannya, Trump mengirim utusan ke Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Rusia, tanpa partisipasi Ukraina, dan secara terbuka mencela Zelensky yang menurutnya "tidak tahu berterima kasih", dalam sebuah pertemuan pada Februari di Gedung Putih.
Dia kemudian membekukan bantuan militer senilai 1 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.288) untuk Ukraina, dengan alasan bahwa Kiev memperlambat proses perdamaian. Namun, pada Juli, Trump berbalik arah, melanjutkan pengiriman senjata, mengesahkan sistem Patriot, dan mengecam Putin.
"Saya kecewa padanya, tetapi saya belum selesai dengannya," kata Trump kepada BBC dalam sebuah wawancara pada Selasa. "Yang jelas saya kecewa padanya."
KEBINGUNGAN YANG SEMAKIN BESAR
Trump mengatakan bahwa beberapa atau semua dari 17 baterai sistem rudal Patriot yang dipesan oleh negara lain dapat dialihkan ke Ukraina "dengan sangat cepat". Duduk di sampingnya, Rutte menggambarkan perjanjian senjata itu sebagai game-changer.